Fiksi: Dream Story

Lullaby City. Orang menyebutnya kota mimpi. Sebuah tempat yang sangat indah, dimana semua orang bisa menjadi apapun yang mereka mau. Kota yang ingin dikunjungi semua orang. Bahkan ada orang yang menyebutnya surga mimpi. Makanan mewah tersedia, lelaki tampan, perempuan cantik, rumah mewah, jet pribadi, dan lainnya. Namun, konon kota ini hanya bisa dimasuki oleh mereka yang percaya akan mimpi.

Kabar ini kudapatkan dari sebuah milis mimpi. Berawal dari keisengan untuk mencari arti mimpi. Kalau tidak salah, malam sebelumnya aku mimpi bertemu dengan putri salju. Jujur saja, aku memang orang yang masih percaya dengan mitos dan arti mimpi. Tapi, primbon saja tidak cukup. Rasanya aku ingin mencari informasi yang lainnya mengenai arti mimpiku malam itu. Sampai akhirnya kutemukan milis ini.

Lullaby Citizen – “We are sleeping”

Entah kenapa, saat itu Google mengarahkanku pada situs tersebut. Padahal, di dalam keywordnya sama sekali tidak ada kata-kata ‘dream‘. Namun kuakui milis ini memang cukup memancingku untuk ‘klik’ dan ‘join‘. Tidak sampai disitu. Untuk bisa bergabung dengan milis ini, aku harus menuliskan sebuah cerita singkat mengenai mimpiku yang paling menarik.

Aku tidak begitu merasa hidup ku menarik, jad kuputuskan untuk mengada-ada cerita mengenai mimpiku. Sedikit improvisasi, dan drama agar cerita mimpiku cukup menarik:

Dear Mayor of Lullaby City,

I was dreaming about flying buffalo, that took me to the moon, and met a sailor moon. I was crying because I cannot go down to the earth anymore. The flying buffalo was missing, and finally I met a mermaid with 4 sea horse. They took me from the moon, and back to the earth.

Aku cukup bodoh untuk mengatakan bahwa itu adalah cerita yang menarik. Intinya saat itu aku tidak menjadi diri sendiri. Aku terlalu terobsesi dengan kehidupan fiksi yang membawaku berimaginasi tinggi. Apalagi mimpi. Kurasa aku bisa menceritakan segalanya.

Tapi tidak dengan Lullaby City.

3 Hari kemudian, aku mendapatkan sebuah email dari sang Mayor.

Please send us the correct story. We are sleeping, but it doesn’t means that we’re not watching πŸ™‚

Kata-kata itu membuatku merinding sekujur tubuh. Bagaimana bisa dia mengetahui bahwa aku bohong? Ada apa dibalik semua ini? Aku semakin penasaran dengan Lullaby City. Akhirnya, aku pun mulai melakukan pencarian di Google.

Halaman demi halaman ku lalui. Aku masih belum menemukan informasi yang kucari. Sampai akhirnya di halaman 8 aku menemukan sebuah post dengan judul “Sleeping City”. Dengan cepat ku langsung membukanya. Ternyata isinya hanya :

4 angka 8 dan 4 tanda baca. Bodohnya, aku langsung menutup tulisan ini karena ku pikir ini hanya gurauan semata, jadi kuhiraukan saja. Kututup laptopku, dan kembali berkhayal. Sudah pukul 11.30 malam, waktunya tidur.

Lalu aku bermimpi..

Seorang pria memakai magic hat, berkumis putih, dan memakai jas berwarna hitam menghampiriku. Di belakangnya terdapat 8 kuda putih, dan 8 wanita cantik. Dia memakai cincin dengan angka 8, dan berbisik kepadaku “1..2..3..4..5..6..7..8..”

To be continued..